SEPATU
BUTUT UCO
Karya
: Rizal Ganda S
“Berlarilah
selagi engkau dapat melakukannya”
Jam di dinding mulai
berdetak kian larut malam. Uco tak segera tidur ke selembar tikar miliknya. Ia
masih memikirkan nasib ibunya yang sudah dua bulan merintih karena kesakitan
lantaran penyakit paru-parunya tak segera di operasi.Ia tak hanya hidup berdua
dengan ibunya tetapi Uco juga memiliki adik laki-laki yang bernama “Ozzy” yang
masih berumur 6 tahun.
Sepeninggal
ayahnya yang telah tiada 3 tahun yang lalu karena sakit gagal jantung dan
impotensi. Uco harus membanting tulang setelah pulang sekolah untuk membiayai
keluarganya makan & biaya pengobatan ibunya. Uco bekerja serabutan apa saja
ia kerjakan jika itu halal. Ia sudah akrab dengan peluh,polusi, dan bau. Karena
ia menjadi pengepul sampah bekas untuk di setorkan ke pengepul rongsok yaitu
pak Mi’an.
Pak
Mi’an seorang pengepul barang bekas yang terkenal se penjuru Jatibarang. Ia
selalu melebihkan pembayaran Uco karena ia melihat nasib anak tersebut. Di sisi
kehidupannya yang kelam Uco, ia adalah pelajar yang hebat dalam hal olahraga.
Uco sangat suka olahraga apalagi olahraga lari. Karena hobinya itu ia selalu dipercaya
oleh sekolahnya untuk mewakili lomba lari jarak pendek atau jauh. Segudang
prestasi ia ukir untuk sekolahnya. Namun sayang, sekolah Uco tidak banyak
memfasilitasi atlit berbakat ini.
Sebentar
lagi awal Mei tanda akan dimulainya ajang bergengsi lomba marathon “Triyo Cup”
yang diselenggarakan 3 tahun sekali oleh “Susu zee” bersama “Supermi”. Tak
tanggung-tanggung hadiah yang diperebutkan sebesar 175 juta rupiah. Mendengar
kabar tentang lomba ini Uco mulai menyiapkan fisikdan mental. Di karenakan
hadiahnya bisa ia pergunakan untuk membiayai ibunya operasi di rumah sakit.
Sepatu
butut yang telah usang ia gunakan untuk berlatih ia mulai berlatih siang maupun
malam. Tak kenal lelah ia terus berlari demi mencapai target juara 1.Tak terasa
esok adalah hari besar. Hari dimana dimulainya ajang “Triyo Cup”. Ia juga belum
punya sepatu untuk menggantikan sepatu butut pemberian ibunya 2 tahun yang lalu
. Uco tak habis akal ia menjahit sendiri sepatunya dengan benang pemberian pak
Mi’an san lem yang ia buat sendiri dari tepung kanji. Jadilah sepatu bututnya
kini punya banyak tambalan . Walau sudah tak layak pakai ia tetap optimis
merebut juara besok.
“Triyo
Cup” akan dimulai Uco sudah bersiap-siap dibelakang garis start . Tadi ia sudah
meminta doa dari ibunya . Semangat Uco terus berkobar walau ia memiliki lawan
yang hebat. Ajang ini tak hanya dihadiri oleh orang Indonesia melainkan juga
dari negara Zimbawe, Kongo, Suriname,dan Namibia.
Tembakan
di udara telah di bunyikan
“Duooooooooooooor
!!!!!”
Tanda
Triyo Cup sudah dimulai Uco mulai berlari dengan stabil karena cara ini ia
tidak akan kehabisan energy & stamina. Pertamanya ia terus dibayang-bayangi
pemain asal Namibia yaitu “Kiwil” tapi ia malah tambah semangat kira-kira 200 M
pemain Namibia itu tertinggal di belakang Uco.
Setelah
2 jam 15 menit lomba berlangsung Uco mulai mendekati garis finish. Namun ia
masih tertinggal 50 M dari “Bordon” pelari asal Kongo yang ada di depannya. Uco
mulai menyemanagati dirinya sendiri dengan membayangkan senyum ibunya jika bisa
sembuh dari penyakit paru-parunya. Tak disangka ia berhasil menyalip pelari
Kongo tersebut.
“Luar
biasaa jebreeet……!!!!” (kata komentator)
Uco
akhirnya memenangkan “Triyo Cup” ia mendapat
medali emas dan uang cash 175 juta rupiah . Kemudian esok harinya ia
segera membawa ibunya ke RS Kariyadi untuk di operasi.
Setelah
sebulan berlalu ibunya mulai membaik keadaannya sehingga Uco bisa kembali ke
kehidupannya yang dulu bersama ibu dan adiknya Ozzy dengan bahagia.
SEKIAN